Ratusan warga dari berbagai desa yang menikmati limpahan air waduk pondok, selama 2 hari mengadakan gelar sedekah bumi dan memperingati Hari Air Sedunia.
Acara yang dikemas pasar dan hiburan rakyat ini dipusatkan di tiga desa yaitu desa Sambiroto Padas, Desa Dero dan Desa Kenongorejo kecamatan Bringin.
Sebelumnya, rangkaian acara yang diprakarsai oleh Dinas PUPR Kabupaten Ngawi ini diawali Prosesi Singkir Sengkolo Liwung dan pagelaran ketoprak di lapangan Desa Dero dari sore hingga tengah malam pada Sabtu ( 18/3/2023).
Keesokan harinya rangkaian upacara dilanjutkan dari lapangan desa Sambiroto berupa Pemberangkatan Kirab Sentono Kasenopaten Napak Tilas Tirto Mulyo dan menuju lapangan desa Dero untuk dilakukan prosesi Sesrahan Agung Restu Bumi.
Puncak ritual kirab berakhir di bendungan waduk Pondok berupa prosesi Bhakti Bumi Senopati yaitu berupa pelepasan burung perkutut oleh Kepala Dinas PUPR Ngawi dan para perwakilan perangkat desa yang berada dalam kawasan pengairan waduk Pondoh.
Menurut Kepala Dinas PUPR Mohammad Sadli, acara tradisi Sedekah Bumi ini adalah selain menyambut hari air sedunia tanggal 22 Maret 2023 mendatang, juga bertujuan untuk mengajak masyarakat merawat sumber air yang berada di waduk dan pegunungan sekitarnya.
“Acara sedekah bumi ini sebetulnya untuk menyambut hari air sedunia, selain itu adalah kita mengajak warga masyarakat untuk nguri-nguri (merawat) Waduk Pondok ini serta sumber mata air yang ada di pegunungan sekitar waduk. Sehingga ketersediaan air tetap terjaga hingga nanti saat musim kemarau tiba.” Kata Sadli dalam keterangan usai acara ( 19/3/2023).
Sadli menambahkan, yang mengikuti tradisi ini adalah warga desa penerima air dari waduk pondok, sebanyak 21 desa yang tersebar di 4 kecamatan. Mereka membawa aneka hasil bumi, baik buah, sayur, dan aneka masakan yang nantinya dibagikan dan kepada warga desa sekitar waduk.
“Alhandulilah Waduk Pondok ini berkapasitas 28 juta meter kubik dan mengairi kurang lebih 3.450 Hektar persawahan yang ada di 21 desa, dan waduk ini merupakan satu-satunya sumber air irigasi persawahan mereka.” Pungkas Sadli.
Sementara itu, Miftahul Huda, ketua panitia tradisi sedekah bumi mengaku tradisi ini sebenarnya sudah terjadi turun temurun. Namun putus pada generasi muda sekarang. Sehingga warga 21 desa penerima air sepakat untuk menghidupkannya kembali.
“Para peserta adalah perwakilan dari 21 desa penerima air waduk, mereka secara sukarela memberikan hasil buminya untuk dibagikan kepada warga masyarakat sekitar pondok sebagai ungkapan terima kasih telah menjaga sumber air.” Ucap Huda.
Dari berbagai rangakain upacara tersebut, ada satu sesi yang dihelat panitia untuk menarik wisata waduk yaitu adanya perlombaan perahu di desa Kenongorejo yang diikuti puluhan nelayan air tawar sekitar waduk.
Pesta rakyat yang dikabarkan senilai Rp 85 juta ini masih terkesan dikemas alakadarnya, namun Dinas PUPR akan terus menjadikan Waduk Pondok sebagai pemangku irigasi dan pariwisata air di Ngawi.