Tugu Kartonyono yang menjadi ikon kota Ngawi dalam beberapa hari kemarin menjadi perbincangan hangat di masyarakat. Hal tersebut karena Tugu yang dibangun di tahun 2018 ini tidak lagi berputar.
Pembangunan tugu ini yang menelan anggaran Rp 3,1 miliar. Terbagi atas pekerjaan inti yaitu Tugu Kartonyono yang menyerap 25 persen atau Rp 700 juta, 17 persen atau Rp 480 juta untuk mechanical engineering (ME),
Kemudian 58 persen atau Rp 1,65 miliar untuk pelebaran jalan, pengaspalan, drainase, pengunduran lampu traffic light dan plus pajak 10 persen.
M. Sadli Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Ngawi menjelasakan, dari hasil analisa, bahwa perputaran dengan beban yang berat mengakibatkan ada beberapa gear yang aus/rusak.
“Setiap tahun dianggarkan untuk biaya perawatan Tugu Kertonyono sebesar 20 juta per tahun, itu digunakan pergantian dinamo saja,“ ungkapnya kepada media.
Lebih lanjut, Sadli menjelaskan langkah-langkah yang diambil berupa penganggaran penggantian spare part yang rusak melalui Perubahan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (P-APBD).
Dalam penyedian spare part, kita bekerjasama dengan PT. Pindad. Perlu diketahui bahwa perusahaan tersebut yang memproduksi alat berat, secara otomatis ahli dalam memproduksi gear-nya dan tak kalah pentingnya kualitasnya sudah diakui baik nasional maupun internasional.
“Dalam pemesanannya, PT. Pindad membantu untuk melakukan analisa kembali terhadap gear Tugu Kartonyono,” tegas Sadli.
Minggu depan, lanjut Sadli, pihaknya akan berkunjung ke PT. Pindad. Disampaikan pula bahwa saat ini sudah ada perbaikan.
“Bisa dilihat, sekarang tugu kertonyono bisa berputar kembali walaupun untuk ritme berputarnya dikurangi,” pungkasnya.
__
Berita Asli : SekilasMedia.com